Pertandingan Olahraga Itu Harusnya Disetting Biar Seru!

Beberapa minggu lalu Saya disibukkan dengan membuat event Pencak Silat di Kabupaten Malang. Event tidak besar, hanya diikuti 350an peserta saja. Meski begitu event tersebut mampu memutar roda ekonomi wilayah sekitar dengan penonton yang membeludak hingga membuat jalanan sekitar menjadi macet.

Saya sendiri sebenarnya sudah beberapa kali menggelar event olahraga, mulai dari olahraga atletik, menggunakan alat, hingga bela diri. Dari banyak event yang saya buat, hampir selalu bisa saya dengar kalimat “… ga boleh itu…”, “…ga boleh ini…” dan semacamnya dan disisipi kalimat “…olahraga itu ga boleh disetting, harus fair!…”. Sebagai penyelenggara event, kita harus siap dan tahu bagaimana merespon.

Begini, olahraga itu adalah sebuah permainan yang didalamnya mengasah diri kita, bisa mengasah fisik maupun otak kita. Olahraga sebenarnya tidak layak untuk dijual entah untuk pendaftaran atlet mengikuti acara maupun tiket untuk penonton. Kenapa? Karena olahraga sejatinya bukanlah kegiatan yang menarik tanpa adanya kompetisi (juara). Maka dari itu penting sekali adanya aturan perebutan juara dalam kompetisi pada sebuah cabang olahraga.

Dalam sebuah kompetisi tentu semua peserta ingin meraih kemenangan, bukan? Kompetisi diciptakan memang untuk kita dapat bersaing meraih yang terbaik. Tetapi tidak semua orang mau menang dengan cara yang benar, banyak juga yang memiliki niatan jahat dengan mencelakai atau dengan cara lainnya agar lawan dipastikan kalah. Untuk itu aturan juga harus memuat apa saja yang diizinkan dan tidak diizinkan dalam pertandingan cabang olahraga tersebut.

Aturan-aturan dalam sebuah cabang olahraga itulah pedoman kita sebagai penyelenggara event dalam menyelenggarakan dan memastikan event olahraga itu berjalan adil dan tidak ada yang merasa dirugikan.

Olahraga Itu Wajib Disetting

Dilemanya adalah banyak aturan-aturan dalam olahraga itu yang tidak memunculkan segi hiburan didalamnya. Alhasil banyak olahraga, utamanya olahraga non-populer sepi peminat, baik penonton maupun sponsor untuk mendanai berjalannya event. Maka dari itu, sebagai penyelenggara event kita harus menyetting atau mengatur ulang dengan berpedoman aturan pada cabang olahraga itu agar memiliki nilai jual.

Sayangnya banyak penyelenggara event yang hanya fokus pada tampilan pra-event (desain poster/e-flyer, proposal) dan melupakan isi acara dengan melakukan interpretasi untuk mengatur ulang aturan yang sudah ada. Akhirnya acara tidak menarik dan menjenuhkan (gitu-gitu aja). Padahal titik utama menariknya olahraga bukan pada olahraga itu sendiri, melainkan pada cara mengemas, kemasan kompetisi itu sendiri, hingga remah-remah lainnya.

Untuk melakukan interpretasi guna melakukan kemasan ulang sebuah olahraga butuh kematangan data yang kita miliki. Data bisa bersumber dari mana saja. Jangan terpaku pada data event olahraga sejenis saja, kita sebagai penyelenggara harus aktif mencai data. Dengan data yang baik, interpretasi kita tentu lebih gampang dan tepat sasaran.

Salah satu pengaturan yang bisa kita lakukan contohnya jika dalam sistem gugur, kita bisa mempertemukan atlet/tim yang sudah berpengalaman dengan atlet/tim yang minim pengalaman di awal berjalannya kompetisi. Hal ini dilakukan agar tidak terjadinya “final dini” pada fase awal. Contoh lainnya bisa kita menyeting kemasan pertandingan dengan adanya pertandingan ekshibisi, entah dengan bintang tamu atau pelibatan penonton yang hadir.

Fair atau adil dalam pertandingan itu sebenarnya bukan berada pada panitia penyelenggara event sepenuhnya. Jika rasa fair atau adil itu terkait tempat bermain, bola, atau alat pendukung lainnya, itu adalah tanggung jawab dari penyelenggara event untuk memenuhinya. Namun jika itu terkait kualitas pertandingan, kecondongan kepada satu atlet/tim, dan hal teknis pertandingan adalah murni wewenang dari perangkat pertandingan (ketua pertandingan, dewan pengawas, wasit, juri).

Jadi, olahraga itu memang haruslah fair. Tetapi sejauh apa rasa fair itu harusnya ditampung, itu bisa jadi bahan perdebatan. Sebagai penyelenggara event, pemenuhan rasa fair itu cukuplah fokus pada rencana yang matang dalam membuat acara dan mengeksekusinya dengan baik sesuai pedoman aturan yang sudah ada. Maka dari itu perlu kita sesuaikan dengan kebutuhan event yang kita buat. Bahasa gampangnya, kita lebih adaptif dalam membuat event. (AWI)

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.